Pemanfaatan Biomassa Enceng Gondok Dari Danau Limboto Sebagai Penghasil Biogas

Julhim Tangio

Abstract


The purpose of this study is to study the potential of water hyacinth in producing biogas. In this study, it was studied how to make biogas with the addition of biostarter 1.25 g of cow dung compared to controls without a biostater. Besides that, it also examines how to make biogas using snail intestinal biostarter. The addition of biostarter amounts to 50 g of cow dung. The treatment of acid hydrolysis against the water hyacinth substrate and without biostarter and the treatment of acid hydrolysis and addition of biostarter 1.25 g cow dung. The results of the study were obtained at the initial stage of research, in the TAK (No Control Acidification) reactor formed at 29 mL, TAS reactor (without acidification with cow manure biostater) of 50 mL and TAB reactor (without acidification with snail intestinal biostater) of 30 mL. The advanced stage with the addition of acid and the addition of 1: 1 biostater the results obtained at the KS (Cow Manure) reactor were 102 mL and the SD reactor was 5 mL.

Keywords: Hyacinth, biogas, anaerobic digestion, acid hydrolysis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi enceng gondok tersebut dalam menghasilkan biogas. Dalam penelitian ini dikaji bagaimana pembuatan biogas dengan penambahan biostarter 1,25 g kotoran sapi dibandingkan kontrol tanpa biostater. Disamping itu juga mengkaji bagaimana pembuatan biogas dengan mengunakan biostarter usus bekicot. Penambahan jumlah biostarter menjadi 50 g kotoran sapi. Adanya perlakuan hidrolisis asam terhadap substrat enceng gondok dan tanpa biostarter dan adanya perlakuan hidrolisis asam dan penambahan biostarter 1,25 g kotoran sapi. Hasil penelitian diperoleh pada peneltian tahap awal, pada reaktor TAK (Tanpa Pengasaman Kontrol) biogas terbentuk sebesar 29 mL, reaktor TAS (Tanpa Pengasaman dengan Biostater Kotoran Sapi) sebesar 50 mL dan reaktor TAB (Tanpa Pengasaman dengan Biostater usus Bekicot) sebesar 30 mL. Pada tahap lanjutan dengan penambahan asam dan penambahan biostater 1:1 diperoleh hasil pada reaktor KS (Kotoran Sapi) sebesar 102 mL dan reaktor SD sebesar 5 mL.

Kata Kunci: Enceng gondok, biogas, anaerobic digestion, hidrolisis asam


Keywords


Hyacinth, biogas, anaerobic digestion, acid hydrolysis

Full Text:

PDF

References


Abedinifer, S., K. Karimi, M. Khanahmadi, dan M. J. Taherzadeh. 2009. Ethanol Production by Mucor indicus and Rhizopus oryzae from Rice Straw by Separate Hydrolysis and Fermentation. Biomass and Energy Vol. 33 Hal. 828-833 Elsevier Ltd.

Chanakya, H.N., S. Borgaonkar, G. Meena dan K.S. Jagadish. 1993. Solid Phase Biogas Production with Garbage or Water Hyacinth. Bioresource Technology Vol. 46 Hal. 227231 ElsevierLtd.

Chanakya, H.N., S. Borgaonkar, M. G. C. Rajan, dan M. Wahi. 1992. Two-Phase Anaerobic Digestion of Water Hyacinth or Urban Garbage. Bioresource Technology Vol. 42 Hal. 123131 Elsevier Ltd.

Pramudono, B., Prasetya, A.R., Yonathan, A., 2004. Produksi Biogas dari Enceng gondok (Eichornia Crassipes) Kajian Konsistensi dan pH Terhadap Biogas Yang Dihasilkan

Flari, V., dan M. L. Dimitriadou. 1995. Evolution of Digestion of Carbohydrates in the Separate Parts of The Digestive Tract of The Edible Snail Helix lucorum (Gastropoda: Pulmonata: Stylommatophora) During a Complete 24-Hour Cycle and The First Days of Starvation. Journal of Comparative Physiology B: Biochemical, Systemic, and Environmental Physiology Vol. 165 Hal. 580-591 SpringerLink Berlin. 17

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak menjadi Energi Biogas. Seri Bioenergi Perdesaan. Departemen Pertanian.

Saputri, A.R dan Trihadiningrum, Y. 2010. Pemanfaatan Biomassa Enceng gondok dari Kolam Greywater Sebagai Penghasil Biogas.




DOI: https://doi.org/10.34312/jambchem.v1i1.2105

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c)



EDITORIAL OFFICE

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.