STRUKTURASI KEKUASAAN DAN KEKERASAN SIMBOLIK DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI (PERPSEKTIF PIERRE BOURDIEU)
Abstract
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan strukturasi kekuasaan dan kekerasan simbolik yang terjadi dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Fokus penelitian yaitu 1) strukturasi kekuasaan; dan 2) kekerasan simbolik dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan perspektif Pierre Bourdieu untuk menemukan strukturasi kekuasaan dan kekerasan simbolik. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Data penelitian yakni strukturasi kekuasaan dan kekerasan simbolik. Sumber data adalah kutipan, kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini. Teknik pengumpulan data yaitu teknik pustaka, baca dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasi, menganalisis, mendeskripsikan dan menyimpulkan hasil analisis data. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pertama terdapat strukturasi kekuasaan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini yakni (1) adanya keempat modal di dalam novel tersebut yakni modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan simbolik. Namun, modal yang paling berpengaruh yakni modal sosial. (2) kelas-kelas di dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini di pengaruhi oleh modal yang mereka miliki. Agen yang memiliki modal yang paling banyak dan habitus yang berpihak kepada mereka menduduki kelas dominan, sementara kelas bourjuis kecil diduduki oleh para agen yang memiliki ambisi untuk menaiki tangga sosial, kelas ini memiliki modal yang lebih banyak dari kelas popular, namun bukan berarti mereka tidak menerima kekerasan simbolik. Selanjutnya, kelas popular berisikan agen yang memiliki modal paling sedikit, sehingga paling sering mendapatkan kekerasan simbolik. (3) habitus dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini merupakan habitus sosial yang terdapat dalam masyarakat Bali. (4) ranah yang terdapat dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini yakni ranah sosial masyarakat Bali. Kedua kekerasan simbolik dalam Novel Tempurung karya Oka Rusmini menggunakan mekanisme eufemisme dan sensorik. Kekerasan simbolik yang paling banyak terjadi yakni kekerasan simbolik yang dilakukan oleh para agen pemilik modal sosial seperti orang tua terhadap anaknya dan hubungan sosial lainnya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Arifin,Zaenal.2010. Keutuhan Wacana. Jakarta:Grasindo Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Volume 12 No. 2 Hal 129
Didipu, Herman.2012. Berkenalan Dengan Sastra. Jakarta: Dapur Buku
Harker, Richard. 2009. (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik Pengantar Paling Komprehensif kepada http://repository.usd.ac.id/id/eprint/34264 https://doi.org/10.26858/retorika.v12i2.8833 Kesusastraan Indonesia Komisariat USD 2017. Hal 85
Krisdianto, Nanang. 2014. Pierre Bourdieu, Sang Juru Damai. Kanal. Volume 2
Melisha. 2017. Kekerasan Simbolik Orde Baru dalam Novel Pulang Karya Leila
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja No 2 Hal 202 https://doi.org/10.21070/kanal.v2i2.300 Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra Rosdakarya
S. Chudori: Perspektif Pierre Bourdieu. Prosiding Himpunan Sarjana-
Wahyuni, Sri dkk. 2019. Kekerasan Simbolik dalam Novel Indonesia. Jurnal
DOI: https://doi.org/10.37905/jbsb.v11i2.10114
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
Dipublikasikan oleh:
p-ISSN: 2088-6020 dan e-ISSN: 2776-5733 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Desa Moutong, Kec. Tilongkabila, Kab. Bone Bolango Telepon (0435) 821125 Fax. (0435) 821752, email: jurnalbdb@gmail.com | http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JBSP/ |
Indexed by: