Adaptasi teknologi tangkap ikan nelayan Bajo Mola untuk pengelolaan laut berkelanjutan di Taman Nasional Wakatobi
Abstract
Pengelolaan laut berkelanjutan harus dapat terintegrasi dengan masyarakat nelayan. Kehidupan masyarakat Bajo Mola sebagai nelayan di Taman Nasional Wakatobi yang begitu akrab dan bergantung pada laut berdampak pada besarnya adaptasi masyarakat untuk pemanfaatan sumber daya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknologi tangkap ikan orang bajo di Taman Nasional dan bagaimanakah upaya pengelolaan oleh nelayan. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk mengecek keabsahan data penelitian dengan model triangulasi dan member chek. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada nelayan Bajo Mola proses adaptasi dari aspek teknologi tangkap ikan sangat nampak terlihat. Jika dahulu nelayan Bajo hanya memiliki kendaraan laut berupa sope yang mengandalkan angin untuk melakukan aktifitas laut. Bajo Mola hari ini telah memiliki kendaraan bermotor yang dapat terparkir depan rumah mereka. Penerimaan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat telah dapat dinikmati hampir seluruh masyarakat Bajo Mola, Selain itu teknologi yang digunakan untuk melaut juga mulai bervariasi dan canggih, mulai alat tangkap yang digunakan yakni teknologi tangkap ikan yang lebih modern namun tetap ramah lingkungan. Pemanfaatan teknologi tangkap ikan ramah lingkungan yang didesain tradisional merupakan bukti bagaimana orang bajo ikut andil dalam pengelolaan khusunya untuk memenuhi prinsip perlindungan, prinsip pemanfaatan dan prinsip pengawetan sumber daya laut di Taman Nasional Wakatobi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Artanto, Y. K. (2017). Bapongka, sistem budaya suku bajo dalam menjaga kelestarian sumber daya pesisir. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 12(1), 52-69. https://doi.org/10.14710/sabda.12.1.52-69
Balai TN Wakatobi. (2008). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TN Wakatobi Tahun 1998 s/d 2023 (Revisi 2008). Bau-Bau: Balai TN Wakatobi.
Clifton, J., & Majors, C. (2012). Culture, conservation, and conflict: perspectives on marine protection among the Bajau of Southeast Asia. Society & Natural Resources, 25(7), 716-725. https://doi.org/10.1080/08941920.2011.618487
Dharmawan, A. H. (2007). Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan: Pandangan sosiologi nafkah (livelihood sociology) mazhab barat dan mazhab Bogor. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 1(2). https://media.neliti.com/media/publications/180991-ID-sistem-penghidupan-dan-nafkah-pedesaan-p.pdf
Fatchan. Ach. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.
Khursheed Ahmad Wani & Lutfah Ariana (2018): Impact Of Climate Change On Indigenous People And Adaptive Capacity Of Bajo Tribe, Indonesia, Environmental Claims Journal Https://Doi.Org/10.1080/10406026.2018.1504380
Marlina, Sumarmi., Astina, I. K., & Susilo, S. (2021). Social-economic adaptation strategies of bajo mola fishers in Wakatobi national park. GeoJournal of Tourism and Geosites, 34(1), 14-19. https://doi.org/10.30892/gtg.34102-613
Marlina, Mkumbachi, R. L., Mane, A., & Daud, L. R. (2023). Environmental care character education based on local wisdom for marine resource management. Jambura Geo Education Journal, 4(2), 199-207. https://doi.org/10.34312/jgej.v4i2.21920
Mayang, R., Sutiah, E., Nurfaika, N., & Melo, R. H. (2024). Kearifan Lokal Masyarakat Desa Torosiaje Terhadap Budidaya Perikanan. Geosfera: Jurnal Penelitian Geografi, 3(1), 17-25. https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/geojpg/article/view/25757
Moleong, Lexi J. 2016, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nathan J. Bennett (2019): Marine Social Science for the Peopled Seas, Coastal Management, https://doi.org/10.1080/08920753.2019.1564958
Noella J. Gray, Nathan J. Bennett, Jon C. Day, Rebecca L. Gruby, T. 'Aulani Wilhelm & Patrick Christie (2017): Human Dimensions of Large-Scale Marine Protected Areas: Advancing Research And Practice, Coastal Management, Http://Dx.Doi.Org/10.1080/08920753.2017.1373448
Sofiyanti, N., & Suartini, S. (2016). Pengaruh Jumlah Kapal Perikanan dan Jumlah Nelayan Terhadap Hasil Produksi Perikanan di Indonesia. Accounthink: Journal of Accounting and Finance, 1(01). DOI: https://doi.org/10.35706/acc.v1i01.442
Syarif, E., Marlina, & Saputro, A. (2024). Environmental Friendship Levels of Bajo Fishers to Build a Blue Economy in Achieving the 2030 SDGs. EnvironmentAsia, 17(2), 38-49. DOI 10.14456/ea.2024.19
Tahara Tasrifin. 2013. “Kebangkitan Identitas Orang Bajo di Kepulauan Wakatobi”dalam Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology, vol. 34 no. 1, Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Indonesia. DOI:10.7454/ai.v34i1.3196
Rubama, F., Hasan, I., Limonu, R., Lihawa, F., & Sune, N. (2024). Adaptasi Masyarakat Suku Bajo Terhadap Bencana Di Desa Torsiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Geosfera: Jurnal Penelitian Geografi, 3(1), 10-16. https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/geojpg/article/view/25665
Suzanne von der Porten, Yoshi Ota, Andrés Cisneros-Montemayor & Sherry Pictou (2019): The Role of Indigenous Resurgence in Marine Conservation, Coastal Management, https://doi.org/10.1080/08920753.2019.1669099
DOI: https://doi.org/10.37905/geojpg.v3i2.28447
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Marlina Marlina
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.