PERANCANGAN SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN MARITIM DI PROVINSI GORONTALO DENGAN TEMA ARSITEKTUR EKOLOGI

Afdhalash Badrid Soman, Kalih Trumansyahjaya, Heryati Heryati

Abstract


ABSTRACT.

Indonesia is an archipelagic country with a greater ocean area than land area. Its strategic geographical location also supports shipping in Indonesia. It has an area of water reaching 3,257,357 km² with a coastline stretching to 99,803 km², making Indonesia the country with the second longest coastline in the world. As of 2020, the Gazette of the Republic of Indonesia recorded a total of 16,771 islands. Ironically, despite being an archipelagic and maritime country, Indonesia experiences an annual shortage of sailors. The Human Resource Development Agency reported in 2015 that the national maritime industry still requires 83,000 sailors. The province of Gorontalo, in particular, contributes very few marine experts, primarily due to the absence of maritime high schools offering advanced education. The theme of Ecological Architecture was chosen to address the lack of public awareness regarding the preservation of the coastal environment. This issue has resulted in damage to the 40-hectare mangrove forests along the coast of Kwandang district and Anggrek district in North Gorontalo regency, caused by the surrounding community actions.

The method of data collection used was the descriptive method, which involved gathering primary and secondary data sources. These sources were then explained and analyzed through descriptions. Additionally, the data was collected through literature studies, object observations, surveys, data studies or comparative studies, and interviews with relevant parties.

The hope or purpose of this design is to address the shortage of sea officers, which poses a significant challenge for our country, known as a maritime country.

 

ABSTRAK.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas lautan melebihi luas daratan. Letak geografis negara Indonesia yang sangat strategis juga mendukung dalam segi pelayaran di Indonesia. Memiliki luas wilayah perairan mencapai 3.257.357 km2 dengan panjang garis pantai mencapai 99.803 km yang ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia serta jumlah pulau yang tercatat di Grezette Republik Indonesia di tahun 2020 sebanyak 16.771 pulau.

Ironisnya, Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara maritim justru mengalami kekurangan pelaut setiap tahunya. Menurut Badan Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) pada tahun 2015, industri maritim nasional masih membutuhkan 83.000 pelaut. Provinsi Gorontalo sendiri masih sangat sedikit menyumbang tenaga ahli kelautan, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya sekolah tinggi pelayaran yang dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tema Arsitektur Ekologi di ambil karena belum ada kesadaran masyarakat dalam memelihara lingkungan dekat pantai hal ini mengakibatkan 40 hektar hutan mangrove di pesisir kecamatan Kwandang dan kecamatan Anggrek kabupaten Gorontalo Utara rusak akibat masyarakat sekitar.

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu dengan pengumpulan sumber data primer dan sekunder kemudian dijelaskan dan dianalisa dalam bentuk uraian, serta data-data yang di kumpulkan degan cara Studi literature, observasi objek dan survey, melakukan studi data atau studi perbandingan, dan melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait.

Harapan atau tujuan dari desain ini adalah untuk dapat membantu menambah kekurangan akan tenaga perwira laut yang menjadi masalah bagi negara kita yang di juluki sebagai negara maritim.


Keywords


Sekolah, Pelayaran, Ekologi

Full Text:

PDF

References


Arieswanto, Aryo. (1997). Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Semarang, FT Unika Soegijapranta.

AYP. Maret 2020. Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar Indonesia College (On-Line), (file:///F:/STIP/Referenc/informasi-sekolah-tinggi-ilmu pelayaran-jakarta-stip.html), di akses 20 September 2022.

Badan Pendidikan dan Pelatihan. 2010. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja pada Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Jakarta Utara : Kementrian Perhubungan.

Frick, Heinz. (1998). Dasar-dasar eko-arsitektur. Edisi ke-1. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

I Ketut Canadarma, T (2019). Pendekatan Ekologi pada Rancangan Arsitektur, sebagai upaya mengurangi Pemanasan Global. Desirtasi tidak diterbitkan. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pelita Harapan.

Raden Rara Siwi Utami, T (2013). Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Karimun. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang : Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Soejigapranata Semarang.

Ryan Artiana, T (2001). POLITEKNIK ILMU PELAYARAN (PIP) DI SURABAYA PENEKANAN DESAIN : ARSITEKTUR POST-MODERN NEO VERNAKULAR. Desirtasi tidak diterbitkan. Semarang : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Wiliam Nikson Sitompul. (2014). Penyelenggaraan Dewan Pengujian Pelaut. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, (Online) Vol.16. No.2. 2014 (http://ojsbalitbanghub.dephu.go.id di akses 7 September 2022).

Wiliam Nikson Sitompul. (2014). Penyelenggaraan Dewan Pengujian Pelaut. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, (Online) Vol.16 No.2 2014 (http://ojsbalitbanghub.dephu.go.id di akses 7 September 2022)

Yusuf Khoirul Munzilin, T (2016). PERANCANGAN SEKOLAH TINGGI PELAYARAN MARITIM DI PANTAI UTARA LAMONGAN. Desirtasi tidak diterbitkan. Malang : Program S1 Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.




DOI: https://doi.org/10.37905/jjoa.v5i2.20755

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Afdhalash Badrid Soman, Kalih Trumansyahjaya, Heryati Heryati Heryati

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 

ISSN CETAK: 2654-5896
Website: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jja/

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.