SIGNIFIKANSI PUISI “PERTENTANGAN IALAH HUKUM SURGAWI” KARYA KUNTOWIJOYO (KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE)

RAHMAT PIDU, ELLYANA HINTA, JAFAR LANTOWA

Abstract


Penelitian terhadap puisi “Pertentangan ialah hukum surgawi” karya Kuntowijoyo ini dilandasi oleh adanya makna tertentu yang disampaikan secara tidak langsung melalui ketidaklangsungan ekspresi puisi tersebut. Dalam hal ini, mengandung sebuah tanda-tanda yang dimaknai secara semiosis sehingga maksud dari tanda-tanda ini tersampaikan secara eksplisit. Pemaknaan terhadap puisi
“Pertentangan ialah hukum surgawi” dalam penelitian ini menggunaan teori semiotika Riffaterre. Riffaterre telah mengemukakan bahwa puisi ini mengatakan sesuatu dengan memaksudkan dengan suatu hal yang lain. Jadi, puisi ini mengandung sebuah makna tertentu yang disebut Riffaterre sebagai Signifikansi. Dalam menemukan signifikansi puisi “Pertentangan ialah hukum surgawi”, peneliti menggunakan suatu metode analisis yang dikemukakan oleh Riffaterre yakni pembacaan heuristik dan retroaktif. Pada pembacaan heuristik, peneliti menemukan berbagai ungramatikalitas yang menimbulkan makna heterogen, ambiguitas, keterpecahan makna sehingga masih menghambat pemahaman peneliti. Menurut Michael Rffaterre, untuk melewati suatu hambatan tersebut, peneliti harus melanjutkan ke retroaktif, peneliti mulai menemukan suatu kesatuan maknanya melalui hipogram berupa sebuah prasuposisi, seme, klise, sistem
deskriptif yang mengarah kepada puisi “Pertentangan ialah hukum surgawi” yang bergenre sebuah puisi profetik yang memiliki hubungan dengan sufistik dan hipogram aktual berupa puisi-puisi lainnya serta teks Al-Quran dan Haddist. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa signifikansi puisi “Pertentangan ialah hukum surgawi” adalah Habluminaallah dan Hambluminannas. Habluminaallah dan Hambluminannas telah menjadi tema atau sebuah pembicaraan dalam puisi-puisi profetik. Dalam hal ini, telah jelas bahwa yang dibicarakan dalam puisi ini adalah tahapan-tahapan dan keadaan jiwa dalam menempuh sebuah perjalanan spiritual menuju Tuhan. perjalanan vertikal dan perjalanan horizontal yakni terdiri atas tobat, muroqobah, tawakal, makrifat, zikir, perjanjian, saling memaafkan, menyapa dengan salam, ceramah (dakwah), menyapa dengan senyuman.

Keywords


Signifiansi, Puisi, Semiotika Riffaterre, Profetik



DOI: https://doi.org/10.37905/jjll.v2i1.10119

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Diterbitkan oleh:
  • Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
  • Fakultas Sastra dan Budaya
  • Universitas Negeri Gorontalo
  • http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjll/