KONSEP “MO MAYANGO” SEBAGAI TRADISI PEMBELAJARAN PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DI GORONTALO

Kalih Trumansyahjaya

Abstract


Membicarakan arsitektur dari jendela antropologi hanya salah satu cara untuk melihat arsitektur dari orbit luarnya sehingga dengan  antropologi dapat melihat arsitektur sebagai sebuah proses kebudayaan yang utuh. Gejala dan wujud kebudayaan dalam arsitektur merupakan indikasi yang semakin mendekatkan karya arsitektur dengan proses terciptanya kebudayaan. Karya arsitektur sebagai artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan. Masyarakat tradisional daerah Gorontalo pada umumnya masih memegang tradisi adat-istiadat dalam proses pembangunan rumah tinggal di Gorontalo yang disebut dengan  Mo Mayango sebagai suatu gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan yang dapat  mencerminkan kekuatan adat dan budaya masyarakat Gorontalo sehingga dapat dijadikan sebagai jejak antopologis arsitektur Gorontalo. Materi artikel ini membahas prosesi tradisi yang berhubungan dengan penentuan hari baik (panggoba), pengukuran bahan bangunan (payango), dan menolak bala atau malapetaka yang ada hubungannya dengan proses pembangunan rumah tinggal di Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri sejarah dan detail pelaksanaan kebudayaan Mo Mayango pada proses pembuatan rumah tinggal sebagai hasil dari suatu gagasan dan tindakan masyarakat tradisional sehingga memperoleh makna di balik prosesi tersebut. Penelitian bersifat eksplorasi studi pustaka tanpa melakukan penelitian lapangan. Hasil dari penelitian ini merupakan pengetahuan yang menyeluruh tentang sistem struktur kebudayaan Mo Mayango pada arsitektur Gorontalo.


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.